Vaginanya mulai
berdenyut hebat, hidungnya mulai kembang kempis,dan akhirnya…
“Ben…,
ohh…, Ben…, udahh…, entot saya Ben!”, Susan mulai memohon kepada
saya untuk segera menyetubuhinya. Desi XXX Pelan, dan lama-kelamaan saya percepat gerakan tersebut. Wow, betapa nikmatnya
hingga menyentuh sumsum. Suatu
waktu, saya jemput Susan dari kuliahnya untuk pulang. Alamak!, dua setengah jam. Gila, lalu dia dengan ganasnya pula
menggigit halus, menjilat dan mengisap batang kemaluan saya tanpa ada
jeda sedikitpun. Sedang
bibir kami masih saling berpagutan mesra dalam keadaan mata masih
terpejam. Tidak berapa lama kemudian terlepaslah BH pembungkus buah dadanya. “Heh..!”, katanya sambil tertawa dan menepuk bahu saya, “Ngeliat apaan hayo, ngeres deh lo!”. Saya bangun dari daerah
selangkangannya dan mulai mengatur posisi di atas tubuhnya dan
menindihnya sambil memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lorong
vaginanya perlahan. Pelan tapi pasti saya mengangkat baju kaosnya untuk saya buka. Saya lumat lagi
bibirnya sambil saya bawa tangan saya ke belakang tubuhnya. “Iya yah, lo udah mulai keringetan begini”. Terlebih ketika saya lebih
menurunkan cumbuan saya ke daerah dadanya, dan menuju puncak bukit
kembar yang menggelantung di dada Susan.
